Rispro KI Diaspora 2020, Peran Ilmu Sosial Hadapi Wabah Covid-19

RID 2 merupakan tindak lanjut dari diskusi online RID 1 yang membahasa tema tema ‘Pendanaan Riset Inovasi Diaspora Indonesia di Bidang Sosial Ekonomi dalam Penanganan Pandemi Covid-19’. Diskusi kali ini menghadirkan empat pengaju proposal Program Skema Kolaborasi Riset-Inovasi Diaspora Indonesia 2020 atau Rispro International Collaboration Inovation Diaspora (RISPRO KI) 2020. Keempat pembicara ini berencana untuk membuat penelitian dengan memasukkan aspek sosial-ekologis sebagai solusi penanganan covid-19.

Rispro KI Diaspora 2020, Peran Ilmu Sosial Hadapi Wabah Covid-19

(Only available in Bahasa Indonesia)

Kerja sama dalam penelitian transdisipliner penting dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan penanganan dampak pandemi virus corona atau covid-19 yang tepat sasaran.  Pakar sosial dan kependudukan sekaligus pendiri dan Direktur Eksekutif SEA Junction Rosalia Sciortino mengatakan ilmu sosial perlu di-integrasikan dalam penelitian transdisipliner karena penanganan dan dampak covid-19 berkaitan erat dengan perilaku masyarakat selama pandemik.

“Jangan sampai membuat kebijakan yang malah menakut-nakuti masyarakat. Pahami, mengapa orang tidak patuh pada petunjuk dan regulasi yang ada,” kata Rosalia saat menjadi pemateri online di ‘Research Innovation Discussion :Pengayaan Ide Riset Inovasi dengan Aspek Sosial-Ekologis Terintegrasi dalam Penanganan Covid-19’  yang digelar oleh Knowledge Sector Initiative pada hari Rabu, 20 Mei 2020.

RID 2 merupakan tindak lanjut dari diskusi online dengan tema ‘Pendanaan Riset Inovasi Diaspora Indonesia di Bidang Sosial Ekonomi dalam Penanganan Pandemi Covid-19’ pada 6 Mei 2020 lalu. Kali ini, diskusi menghadirkan empat pengaju proposal Program Skema Kolaborasi Riset-Inoveasi Diaspora Indonesia 2020 atau Rispro International Collaboration Inovation Diaspora (RISPRO KI) 2020. Keempat pembicara ini berencana untuk membuat penelitian dengan memasukkan aspek sosial-ekologis sebagai  solusi penanganan covid-19.

RISPRO KI merupakan program yang mendorong kerja sama para peneliti nasional dengan diaspora Indonesia yang berada di berbagai perguruan tinggi atau lembaga riset negara lain. Proposal penelitian yang terpilih akan mendapatkan hibah yang diberikan secara multiyears (3 tahun) dengan anggaran Rp 2 miliar per tahun. Pengusul proposal RISPRO KI diketuai oleh peneliti Indonesia yang berafiliasi dengan lembaga riset dalam negeri dan minimal bergelar doktoral. Pengusul mesti memiliki mitra riset nasional dan mitra diaspora yang dapat dibuktikan dengan perjanjian tertulis atau bentuk lain.

Salah satu pengaju, peneliti sekaligus Wakil Direktur Eksekutif Sajogyo Institute Syiqqil Arofat mengatakan penting melibatkan kelompok rentan dalam penanganan pandemi covid-19. Karena itulah, Syiqqil dan timnya melakukan riset strategi adaptasi kelompok rentan saat menghadapi pandemi dalam hal pemenuhan pangan dan gizi. Hasil akhirnya diharapkan dapat memberikan rekomendasi sistem ketahanan masyarakat dalam menghadapai bencana serupa di masa depan.

“Penelitian ini melihat apa yang membangun ketahanan pada masyarakat rentan sehingga hasil riset akan memberikan rekomendasi intervensi kebijakan pemerintah yang perlu diambil untuk menciptakan ketahanan masyarakat secara menyeluruh,” kata Syiqqil.

Pemerhati sejarah sekaligus dosen Universitas Nasional Jakarta Andi Achdian berencana membuat penelitian sosio-historis masyarakat dalam menghadapi pandemi. Selama ini, kata Andi, kajian sejarah hanya fokus pada aspek sosial politik bukan perkembangan kesehatan dan penanganan wabah sepanjang peradaban Indonesia. Andi mengatakan wabah yang menimbulkan korban skala besar seperti covid-19 bukanlah hal baru dalam sejarah nusantara, sudah pernah ada sejak zaman kolonial Belanda.

Langkah yang dilakukan Andi dan timnya ialah mengumpulkan arsip dan dokumen tertulis maupun lisan terkait pengetahuan tentang praktik penanganan wabah di masa lalu. Andi berharap hasil penelitiannya menjadi rujukan bersama  bagai lembaga kesehatan, pengambil kebijakan, dan masyarakat umum dalam menghadapi ancaman serupa di masa datang.

“Hasil akhirnya, selain penelitian ilmiah, kami berkolaborasi dengan Arsip Nasional Republik Indonesia akan mengembangkan sistem informasi digital terkait penanganan wabah,” ujar Andi.

Sedangkan rencana penelitian yang dibuat oleh Pusat Analisis Sosial AKATIGA lebih melihat dampak krisis terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan strategi untuk mengatasinya. Direktur Eksekutif Akatiga Nurul Widyaningrum mengatakan sektor informal dan atau UMKM menyerap tenaga kerja paling banyak dibandingkan sektor lain. Karena itu, Nurul mengatakan penting menghasilkan kebijakan yang membantu UMKM bertahan selama bencana maupun masa pemulihan pandemi.

Nurul menyebutkan ada tiga pertanyaan yang perlu terjawab lewat penelitian. Ketiga pertanyaan tersebut terkait perubahan kinerja UMKM sebelum dan setelah adanya wabah covid-19, bantuan pemerintah yang tepat untuk UMKM, dan antisipasi yang dilakukan bila pandemi berlangsung lama.

“Kami berharap penelitian ini menghasilkan tipologi UMKM berdasarkan daya tahan, strategi yang perlu diterapkan, dan jenis dukungan yang dibutuhkan UMKM sehingga pemerintah bisa mendapatkan rekomendasi kebijakan untuk membantu UMKM bertahan di masa krisis,” kata Nurul.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Al Makin mengajukan penelitian mengenai kemampuan adaptasi masyarakat terhadap pandemi covid-19. Subyek penelitiannya adalah buruh migran dan komunitas masyarakat yang ada di Indonesia saat mengambil langkah mandiri menghadapi covid-19 di luar kendali pemerintah.

“Hasil akhirnya diharapkan mampu menunjukan praktik baik masyarakat menghadapi wabah sehingga bisa diadaptasikan ke komunitas lain,” kata Al Makin.

Empat presentasi ini mendapatkan masukan dari para peserta Research Inovation Discussion 2. Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo menyarankan agar pengaju proposal RISPRO KI memasukan unsur-unsur internasional dalam penelitian misalnya mobilitas penduduk antar-negara, migrasi tenaga kerja, dan kompleksitas diaspora. Data-data ini bisa diperoleh lewat kolaborasi dengan peneliti diaspora yang ada di luar negeri.

“Saya berharap pemanfaatan diaspora bukan hanya dalam teknik penelitian tetapi juga menjadi persepektif dalam menghasilkan rekomendasi hasil penelitian,” kata Wahyu.

Dosen sekaligus peneliti dari University of South Australia Elvia Shauki mengatakan output dan outcome yang ingin dicapai peneliti perlu diperjelas karena hasilnya akan menjadi solusi bagi pemangku kebijakan di Indonesia. Elvia juga menyarankan sasaran penelitian didetailkan agar hasilnya tak bias pada kelompok tertentu.

Sedangkan guru besar bidang pertanian dari Universitas Brawijaya Keppi Sukesi menyarankan peneliti untuk memaparkan tahapan konkret dari penelitian karena dana hibah penelitian Rispro KI ini berjalan sepanjang tiga tahun. Perencanaan penelitian dibuat longitudinal untuk melihat proses transformasi setelah penelitian tahap awal dipelajari.

Diskusi daring yang diadakan secara terbatas ini dihadiri oleh 18 peneliti Indonesia dan peneliti diaspora Indonesia bekerja sama dengan DIPI, SEA Junction, dan lembaga penelitian mitra KSI. Harapannya dapat mendorong hasil penelitian yang berkualitas melalui kolaborasi penelitian dan transfer pengetahuan. Hasil kolaborasi penelitian diharapkan mampu menjadi kebijakan terkait dampak covid-19 yang berdasarkan data dan riset berkualitas**

  • Bagikan: