Jumlah orang yang hidup dengan demensia di Bali saat ini menunjukkan angka yang sangat tinggi dan para ahli memperkirakan hal ini akan meningkat pesat dalam beberapa tahun mendatang apabila tidak ada langkah pencegahan yang signifikan yang diambil untuk memperlambat proses demensia.
Dr. N.W. Suriastini M.Phil selaku Direktur Eksekutif SurveyMETER menyajikan penelitiannya tentang dimensia di Bali, menunjukan proporsi demensia lanjut usia Provinsi Bali mencapai 32%. Lebih tinggi dari proporsi demensia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mencapai 20% (hasil studi 2016) sebagai daerah dengan populasi penduduk lanjut usia tertinggi di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan oleh SurveyMETER bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Suryani Institute for Mental Health dan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya dan Alzheimer Indonesia (ALZI). Penelitian ini dilaksanakan dengan dukungan dari Knowledge Sector Initiative (KSI).
“Hingga saat ini tidak ada obat untuk demensia, tetapi orang masih bisa mencegah demensia atau memperlambat prosesnya. Oleh karena itu, deteksi dini demensia akan sangat penting dalam proses pencegahan,” kata Suriastini dalam acara yang diadakan di Denpasar, Bali, pada 16 Juli.
Ada sekitar 46,8 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia pada tahun 2015 dan jumlah ini diyakini mendekati 74,7 juta orang pada tahun 2030.
Jumlah ini diperkirakan hampir dua kali lipat setiap 20 tahun, mencapai 131,5 juta pada 2050. Dengan angka tersebut, total perkiraan biaya perawatan demensia di seluruh dunia adalah US $ 818 miliar per tahun.
Direktur Regional Alzheimer's Disease International untuk Wilayah Asia Pasifik dan, DY Suharya, yang menghadiri acara tersebut mengatakan total pengeluaran perawatan kesehatan untuk orang dengan demensia di negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia telah mencapai US $ 2,2 miliar per tahun. Angka itu diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang, katanya.
Suharya melanjutkan untuk mendesak semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi terkait, perusahaan dan masyarakat untuk bekerja sama untuk mencegah demensia yang lebih baik di masa depan.
Gubernur Bali, yang diwakili oleh Kepala Urusan Sosial Provinsi Bali, I Nyoman Wenten, menyatakan komitmennya untuk menerapkan kebijakan penuaan melalui tujuh program, termasuk pengembangan pos kesehatan untuk lansia di setiap desa.
Pemerintah Bali juga mengatakan akan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan layanan geriatri terpadu yang komprehensif di rumah sakit di Bali.
Ketua Komisi IV Dewan Legislatif Bali, I Nyoman Parta, yang juga hadir pada kesempatan kali ini mengatakan bahwa ia berkomitmen untuk mengembangkan peraturan tentang kebijakan penuaan sesegera mungkin.
"Kebijakan ini akan mengatur bahwa kegiatan lanjut usia harus diikuti oleh peserta di semua kelompok usia untuk memulai interaksi antar generasi," katanya.
Dia juga menyarankan pemerintah Bali untuk menggunakan "balai banjar" sebagai pusat kegiatan lansia dan layanan kesehatan. Banjar adalah asosiasi lingkungan tradisional di Bali yang dibentuk oleh kelompok masyarakat setempat, yang biasanya mengadakan pertemuan di tempat khusus yang disebut balai banjar.
SurveyMETER sudah mengagendakan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan dengan memberikan hasil penelitiannya pada Penilaian Kota Ramah-Usia pada 2013 serta Studi Dimensia Bali pada tahun 2018.