Konferensi Inovasi Data bagi Pembuat Kebijakan 2014 4

Hidup di Jakarta dapat diartikan menghabiskan waktu berjam-jam di jalan. Kemacetan lalu lintas sedemikian rupa parahnya sehingga dianggap normal untuk bolak-balik dua-tiga jam sehari dari rumah ke tempat kerja.

Data Filantropi: Empat Langkah Umum untuk Kolaborasi

Mellyana Frederika untuk Konferensi Inovasi Data bagi Pembuat Kebijakan 2014


Hidup di Jakarta dapat diartikan menghabiskan waktu berjam-jam di jalan. Kemacetan lalu lintas sedemikian rupa parahnya sehingga dianggap normal untuk bolak-balik dua-tiga jam sehari dari rumah ke tempat kerja. Dalam situasi seperti ini, data real-time tentang arus lalu lintas merupakan informasi yang diharapkan. Waze, sebuah aplikasi lalu lintas dan navigasi berbasis masyarakat yang menggunakan dukungan global positioning system (GPS) menjadi semakin populer dalam membantu komuter mendapatkan data real-time tentang kemacetan lalu lintas. Ini merupakan kabar baik bagi warga Jakarta pada Selasa, 11 November 2014, ketika Muhammad Akbar, Kepala Dinas Perhubungan, mengumumkan sebuah kerjasama baru antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Waze.

Apakah kita akan menyaksikan lebih banyak kemitraan serupa?

Berikut adalah empat langkah yang bisa membantu, seperti yang dibahas oleh para praktisi inovasi data pada konferensi internasional tentang Inovasi Data untuk Pembuat Kebijakan, yang diselenggarakan di Bali, 26-27 November 2014:

1. Mengidentifikasi kebutuhan dan mencari data yang membantu untuk mendapatkan jawaban.
Di Korea Selatan, delapan dari 10 orang menggunakan smartphone (ponsel cerdas). Mereka menggunakan media sosial untuk melampiaskan frustrasi mereka tentang kondisi lalu lintas. Berikut adalah salah satu postingan di Twitter yang ditunjukkan di konferensi: ‘Bis tidak ada pada saat saya mau berangkat kerja. Saya tidak punya mobil. Saya berharap ada bis yang beroperasi tengah malam. ‘

Setiap tweet (cuitan) berarti bagi Pemerintah Kota Metropolitan Seoul. Mereka mendengarkan percakapan yang ditangkap melalui media sosial dan mulai mempertimbangkan cara terbaik untuk memberikan pelayanan bis tengah malam. Analisis media sosial, serta catatan panggilan telepon seluler 3BL, menunjukkan di mana orang bepergian tengah malam dan membantu untuk merencanakan pelayanan sembilan bis tengah malam.

2. Siapa yang punya data?
Data semakin menjadi sumber daya yang berharga. Satu contoh dari Indonesia, data dari perusahaan kayu besar yang berlokasi di Sumatera dan Kalimantan membantu Global Forest Watch memantau areal konsesi konservasi. Ini membantu Global Forest Watch memberikan informasi kepada instansi pemerintah tentang perubahan dari waktu ke waktu. Contoh lain yang diungkapkan di konferensi menunjukkan bahwa data merupakan bagian dari komunikasi sehari-hari melalui media sosial. Arus tweet (cuitan) yang dianalisis dengan menggunakan hash tag banjir memberikan informasi tepat waktu tentang banjir kepada penduduk Jakarta dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas penanganan keadaan darurat. Informasi ini melengkapi sistem peringatan pemerintah yang ada.

Kesimpulannya adalah bahwa data disimpan di lebih dari satu lokasi atau ruang digital. Yang menjadi persoalan adalah sumber data yang mana yang dapat memberikan nilai tambah pada sistem data yang ada, dan jenis analisis yang akan dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang benar.

3. Mulai dari yang kecil dan belajar.
Data dapat membantu menemukan jawaban terhadap masalah. Untuk melakukannya, eksperimentasi sangat berharga. Kita harus memulai dari yang kecil, belajar dan tumbuh dalam hal menemukan peluang yang diberikan oleh data dan analisis data. Pendekatan ini memerlukan pengidentifikasian eksperimen skala kecil dalam bidang kebijakan yang sifatnya kecil dan taraf ujicoba. Seperti yang diangkat di konferensi, adalah penting untuk memulai dan meneruskan, dan tidak takut untuk bereksperimen. Hasil dari uji coba kecil-kecilan, apakah berhasil atau tidak, akan membuka jalan untuk intervensi yang lebih nyata dan pembangunan.

4. Mengembangkan strategi kolaborasi data.
Tidak ada rumus yang baku dalam hal kolaborasi untuk inovasi data. Misalnya, seorang penyaji makalah di konferensi mengatakan mungkin diperlukan waktu enam bulan untuk mencapai sebuah kesepakatan dengan suatu operator telekomunikasi. Selain itu, ada kekhawatiran tentang privasi dan keamanan terkait dengan akses dan penggunaan data digital. Sektor publik dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi inisiatif kolaboratif dan konsorsium. Kesepakatan kemitraan antara sektor publik dan swasta dapat menghemat uang dan mendapatkan teknologi terbaik dari perusahaan swasta. Di sisi lain, kemitraan seperti ini memberikan akses kepada sektor swasta terhadap data pemerintah. Diperlukan sebuah strategi untuk mengubah manfaat ini menjadi kenyataan.

  • Bagikan: