Mengubah Informasi Menjadi Tindakan
Kiat Mengolah Data Berkualitas Pelayanan di Garis Depan
Mellyana Frederika untuk Konferensi Inovasi Data bagi Pembuat Kebijakan 2014
Ketika saya mendengarkan Aditya Dev Sood, Pusat Masyarakat Pengetahuan, berbicara tentang pelayanan kesehatan di India, saya ingat Rama Tobuhu, relawan kesehatan di Desa Mootilango, Gorontalo, Indonesia. Sekali dalam sebulan, pada tanggal 6, dia berjalan mengunjungi seluruh desa untuk memeriksa keadaan kesehatan bayi dan ibu mereka. Dia suka menjadi sukarelawan dan tidak keberatan untuk 'bekerja ekstra'. Tantangan utamanya adalah mengisi berbagai formulir dari Dinas Kesehatan kabupaten dan menulis laporan. "Saya seorang lulusan sekolah dasar. Terlalu sulit bagi saya untuk mengisi berbagai formulir. Saya menangis dan berpikir untuk mengundurkan diri, "katanya.
Cerita yang mirip dengan Rama disampaikan pada konferensi Inovasi Data untuk Pembuat Kebijakan, yang berlangsung di Bali pada 26-27 November 2014. Rama tidak sendirian dalam perjuangannya. Petugas kesehatan, guru, aparat desa, polisi dan staf kantor-kantor layanan satu atap berbagi tentang tantangan yang sama, berada di garis depan pelayanan publik. Mereka diminta untuk memberikan layanan dan mengumpulkan data tentang pekerjaan mereka. Mereka harus menulis laporan dalam format khusus yang diperlukan oleh sistem pemerintahan. Data ini diperlukan untuk tujuan pembuatan faktur dan penggantian, penyimpanan perbekalan, dan logistik. Ini semua dilakukan secara manual dan penggunaan teknologi masih terbatas.
Berikut adalah kiat-kiat utama untuk memaksimalkan penggunaan inovasi data dan informasi untuk pemberian layanan di garis depan.
1. Jangan kumpulkan data semata-mata karena keharusan mengumpulkannya: Pengalaman dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak di India menunjukkan bahwa data yang terkumpul hanya demi data itu sendiri tidak memiliki arti. Data memberikan gambaran situasi, dapat membantu memprediksi kebutuhan di masa depan, dan memberikan peringatan dalam situasi darurat. Data yang berkualitas baik hadir ketika orang menyadari mengapa mereka mengumpulkannya.
2. Gunakan data untuk melakukan penyesuaian kebijakan dan mendorong reformasi: Data memiliki potensi yang besar di luar perencanaan pemerintah dan siklus penganggaran. Interpretasi data berguna untuk memberikan pemahaman atas apa yang bisa jalan dan yang tidak bisa dalam kebijakan dan program. Data dapat membantu dalam menunjukkan arah baru atau mendorong layanan baru dan/atau reformasi.
3. Jangan buat format pengumpulan data yang rumit: Penyedia layanan di garis depan seperti Rama Tobuhu ingin memberikan layanan yang tidak hanya diperlukan, tetapi juga berkualitas baik. Ini berarti memiliki waktu yang banyak untuk berinteraksi dengan penerima manfaat. Tidak mudah untuk fokus pada penerima manfaat dan memberikan konseling sementara harus mengisi formulir yang panjang. Pekerja garis depan perlu cara yang sederhana untuk merekam pekerjaan mereka dan cara untuk menghasilkan data yang jelas, visual dan nyata, seperti data artefak.
4. Kumpulkan dan analisis umpan balik dari penerima manfaat: Angka bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi. Data kualitatif bisa menjadi sangat berguna untuk melengkapi informasi kuantitatif. Penyedia layanan seperti petugas kesehatan dapat bertanya tentang kualitas layanan yang diterima oleh penerima manfaat. Praktik ini umum di sektor swasta, tetapi jarang terlihat di sektor publik.
5. Gunakan dan gunakan kembali data: Data dapat dianalisis untuk berbagai tujuan. Kantor Dinas Pendidikan bisa menggunakan data dari Dinas Kesehatan. Data yang dikumpulkan dari kantor pelayanan satu atap dapat bermanfaat bagi perencanaan daerah oleh lembaga perencanaan daerah. Data akhir dari program yang sudah dikerjakan dapat digunakan sebagai data dasar untuk program baru. Kita harus kreatif dengan data dan memperbolehkan saling berbagi.
6. Media sosial merupakan sumber data dan informasi yang hebat, tapi ingat untuk memvalidasinya: Tweets (hasil cuitan) dapat digunakan sebagai sumber informasi yang kuat. Orang banyak berbagi di Twitter dan dimungkinkan untuk memverifikasi informasi. Tweets dapat divalidasi satu sama lain dan dengan dataset lain, misalnya, data sektor publik seperti yang dilakukan oleh floodtags.com.
7. Buka data: Membuat data terbuka untuk umum sehingga dapat digunakan untuk berbagai tujuan oleh aktor yang berbeda. Tapi data apa yang akan dipublikasikan? Membuat outcomes yang sehat kelihatan bisa memicunya menjadi kepemilikan bersama di lapangan, tidak hanya untuk penerima manfaat, tetapi juga untuk penyedia layanan di garis depan. Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang partisipatif yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan di garis depan. Kebijakan tentang pemberian layanan di garis depan tidak boleh diputuskan hanya atas dasar kepentingan nasional, namun pada kondisi setempat, tantangan dan peluang.
8. Dengarkan penerima manfaat: Maksimalkan manfaat dengan mengumpulkan umpan balik tentang pelayanan publik secara sistematis. Hal ini mungkin menuntut perubahan sikap dari penyedia layanan dan penerima manfaat. Mekanismenya dapat dikembangkan oleh pemerintah untuk menciptakan insentif untuk mereka yang memberikan dan menganalisis umpan balik yang konstruktif secara teratur. LAPOR, yang dikembangkan oleh Unit (kerja) Pelayanan Presiden Indonesia, adalah salah satu contoh. Pelayanan diberikan kepada warga negara, oleh karena merekalah yang menjadi prioritas utama ketika mengembangkan sistem data.
9. Pikirkan teknologi yang memungkinkan mekanisme umpan balik interaktif: Kita perlu mekanisme interaktif yang memberikan ruang pada warga negara untuk memberikan umpan balik, tetapi juga memungkinkan pemerintah untuk mengambil tindakan; sebuah mekanisme yang secara bersamaan menghubungkan reaksi dan pertanyaan-pertanyaan warga negara atas tindakan pemerintah. Pendekatan baru ini bisa mengarah pada pemerintah yang bekerja berdasarkan data.
10. Jangan biarkan rasa frustrasi merintangi: Pengembangan aplikasi untuk memetakan lokasi banjir di Jakarta berangkat dari frustrasi. Inovasi dan frustrasi dapat berjalan bergandengan tangan. Diperlukan untuk menemukan sebuah strategi untuk menggali sebanyak mungkin ide, kemudian mengubahnya menjadi percontohan, membantu untuk meningkatkan pelayanan di garis depan. Contohnya mencakup Socialcops dan Bihar Innovation Lab.