Sains 2045 - Pembelajaran Seorang Ilmuwan Muda Indonesia dari Lingkungan Sekitar

Ketika menginjak remaja di Makassar, Sulawesi Selatan, Sudirman Nasir tinggal di sebuah perkampungan kumuh. Sudi, begitu ia biasa dipanggil oleh teman-temannya, terpapar dengan gaya hidup anak muda di daerah itu termasuk penggunaan narkoba dan alkohol. Kenangan ini kemudian mendorong Sudi memilih tesis PhD-nya di Universitas Melbourne, Australia tentang penggunaan narkoba dan program pencegahan HIV di daerah perkampungan kumuh, yang diselesaikannya pada tahun 2011.

Sains 2045 - Pembelajaran Seorang Ilmuwan Muda Indonesia dari Lingkungan Sekitar

Ketika menginjak remaja di Makassar, Sulawesi Selatan, Sudirman Nasir tinggal di sebuah perkampungan kumuh. Sudi, begitu ia biasa dipanggil oleh teman-temannya, terpapar dengan gaya hidup anak muda di daerah itu termasuk penggunaan narkoba dan alkohol. Kenangan ini kemudian mendorong Sudi memilih tesis PhD-nya di Universitas Melbourne, Australia tentang penggunaan narkoba dan program pencegahan HIV di daerah perkampungan kumuh, yang diselesaikannya pada tahun 2011. 

Penelitian ini berawal dari kesediaan Sudi untuk lebih memahami mengapa beberapa kelompok anak muda kecanduan terhadap narkoba dan terlibat dalam perilaku berisiko yang menjadikan mereka rentan terhadap HIV dan / atau infeksi hepatitis C. Di sisi lain ada kelompok-kelompok lain  yang mampu 'mengendalikan' asupan narkoba mereka atau bahkan menolak menggunakannya.

"Dalam penelitian, saya menemukan bahwa orang-orang muda yang kecanduan narkoba sebagian besar adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran ini tidak hanya membuat mereka tidak memiliki penghasilan tetap tetapi juga mengakibatkan mereka kehilangan jaringan sosial dan identitas. Mereka terperangkap dalam suatu lingkungan di mana lingkaran dekat mereka adalah sesama pengguna narkoba atau penjahat, Oleh karena itu tidak menemukan insentif untuk menghentikan penggunaan narkoba. Orang-orang muda ini membutuhkan bukan hanya sekedar rehabilitasi medis melainkan juga rehabilitasi sosial yang lebih luas dan reintegrasi, "jelas Sudi.

Ketertarikan pada determinan sosial dalam kesehatan berawal saat Sudi masih menjadi mahasiswa pada Fakultas Kedokteran di Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada waktu itu, pada masa rezim Orde Baru pada tahun 1990-an,  keadilan sosial dibahas secara luas sebagai salah satu faktor yang membentuk kesejahteraan rakyat. Khususnya bagi masyarakat miskin dan kelompok marjinal yang punya lebih sedikit pilihan atau akses yang terbatas pada kesehatan yang lebih baik.

"Hal inilah yang mengarahkan saya untuk memilih antropologi medis, suatu disiplin ilmu yang dapat memberikan kontribusi lebih baik terhadap pemahaman kita tentang aspek-aspek sosial dan bekerja bahu membahu  dengan  ahli biomedis dan kesehatan masyarakat. Hal ini bisa membantu kita untuk merancang dan menerapkan sebuah program kesehatan yang lebih peka secara budaya, "kata Sudi.

Dia juga memberikan pujian atas pembelajaran yang diperoleh di Universitas Melbourne yang mendorongnya untuk bersikap lebih kritis dan berpikiran terbuka. Pendekatan multidisipliner dalam pendidikan Australia memungkinkannya untuk melakukan proyek penelitiannya dari berbagai perspektif yang berbeda.

Sudi juga adalah anggota Komite Studi dan Jaringan Ilmuwan Muda Indonesia yang menyusun Sains 2045- Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan. Inisiatif ini   dipimpin oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan didukung oleh Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative. Untuk para calon peneliti lainnya, Sudi berpesan. "Lanjutkan pemikiran yang kritis dan pendekatan multidisipliner untuk memajukan diri kita sendiri dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan."

  • Bagikan: