Pengadaan vaksin Covid-19 menjadi salah satu langkah penting dalam rangka mendorong hadirnya kekebalan kawanan guna menekan kasus penularan virus. Namun, implementasi program vaksinasi membutuhkan persiapan dan rencana distribusi yang matang agar hasilnya bisa sesuai dengan harapan.
Demikian salah satu pokok bahasan dalam serial Zoom Seminar Surge Capacity #2 dengan tema “Mampukah Vaksin Covid-19 Menurunkan Kebutuhan Kapasitas Ruang Perawatan di RS Rujukan?” yang diadakan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Universitas Gadjah Mada pada Kamis (17/12). Pembicara seminar ini antara lain Medical Officer Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia Vinod Bura, Pelaksana Tugas Deputi I Badan Obat dan Makanan (BPOM) Togi J Hutandjulu dan Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) yang juga Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi. Dosen Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM Hari Kusnanto Josef menjadi penanggap. Acara yang disiarkan secara langsung di kanal Youtube PKMK ini dimoderatori oleh Gde Yulian.
Peneliti senior PKMK UGM Laksono Trisnantoro mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 masih terus dirasakan di berbagai wilayah di Indonesia. Di DI Yogyakarta, misalnya, kondisi itu membuat kebutuhan ruang perawatan meningkat sehingga banyak rumah sakit (RS) kewalahan. Tren ini belum bisa dipastikan akan sampai kapan. Rencana pemerintah melakukan vaksinasi diharapkan bisa berjalan dengan baik agar bisa mengurangi arus pasien yang masuk ke RS sehingga bisa menurunkan kebutuhan ruang perawatan.
Secara global, kasus penularan Covid-19 masih terus meningkat. Melihat kondisi tersebut, berbagai pihak berupaya mengembangkan vaksin guna mengendalikan penyebarannya. Medical Officer WHO Indonesia Vinod Bura menjelaskan, vaksin merupakan alat penting guna membantu membangun sistem kekebalan tubuh secara natural. Sejauh ini, WHO mencatat ada sekitar 300 vaksin yang tengah dikembangkan. Dari jumlah itu, ada sejumlah kandidat vaksin yang pengembangannya sudah memasuki tahap akhir. Belum ada vaksin yang mendapat persetujuan Emergency Use Listing (EUL) dari WHO agar bisa segera digunakan. Namun, proses untuk itu sedang berjalan sehingga diharapkan akan segera ada vaksin yang mendapat EUL.
Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa vaksinasi hanya merupakan satu bagian dari upaya utuh menanggulangi Covid-19. Bagian tersulit dari program vaksinasi adalah implementasinya. Untuk itu, sebelum vaksinasi dilakukan, pemerintah perlu menyiapkan rencana distribusi nasional dengan betul-betul memperhatikan berbagai aspek sehingga bisa tepat sasaran. Pertanyaan tentang siapa, kapan dan mengapa vaksinasi itu diberikan perlu dijawab dengan cermat. WHO telah menyediakan panduan terkait bagaimana menyusun prioritas dalam pelaksanaan vaksinasi. Selain itu, upaya mendorong pencegahan penularan dengan menerapkan jaga jarak, cuci tangan dan sebagainya tetap penting. “Punya vaksin belum menyelesaikan masalah, perlu merencanakan implementasinya agar tepat sasaran,” katanya.
Terkait vaksinasi, Pelaksana Tugas Deputi I BPOM Togi J Hutandjulu mengatakan, BPOM bertugas mengawal mutu, keamanan serta integritas produk mulai dari pengadaan hingga distribusinya ke masyarakat. Penggunaan vaksin hanya bisa dilakukan setelah mendapat ijin edar dari BPOM. “Yang menetapkan jenis dan jumlah vaksin adalah menteri kesehatan. Badan POM diberi tugas memberikan EUA (Emergency Use Authorization/persetujuan penggunaan),” katanya.
Menurut dia, saat ini ada 33 Balai POM di tingkat privinsi dan 40 Loka POM di level kabupaten/kota yang siap mendukung program vaksinasi. Sarana distribusi vaksin nantinya harus menerapkan cara distribusi obat ang baik (CDOB) mulai dari kedatangan vaksin hingga distribusinya ke masyarakat untuk memastikan suhu dan kualitasnya terjaga, mengingat vaksin yang dipesan Indonesia harus disimpan pada suhu 2 – 8 derajat celsius. Uji laboratorium dilakukan untuk memastikan hal tersebut. BPOM akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna memastikan kesiapsiagaan distribusi vaksin.
Pemerintah saat ini sedang menyusun rencana implementasi vaksinasi Covid-19. Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, jika sebagian besar masyarakat di imunisasi, kekebalan kawanan akan tercipta. Sebagai langkah awal, direncanakan minimal 67 persen dari populasi mendapat vaksin, dengan menyasar pada kelompok usia 18 – 59 tahun. Komposisi usia ini dipilih karena jumlahnya lebih besar dari kelompok usia lain. Kelompok ini juga berada di usia produktif sehingga lebih banyak beraktivitas di luar rumah untuk berbagai kegiatan. “Kita ingin menyasar kelompok populasi ini supaya kebal sehingga penularan bisa dikurangi,” katanya.
Menurut dia, penetapan prioritas dalam pelaksanaan vaksinasi harus dilakukan karena vaksin akan datang secara bertahap dan ketersediaannya secara global juga masih terbatas. Di dalam kelompok usia produktif sebagai sasaran utama vaksinasi itu, kelompok profesi yang menjadi prioritas utama adalah tenaga kesehatan, disusul kelompok pelayan masyarakat serta tokoh masyarakat sebagai pihak-pihak yang lebih berisiko untuk tertular virus dibanding kelompok profesi lain.
Secara teknis, program vaksinasi akan melibatkan tenaga vaksinator yang selama ini sudah berpengalaman dalam melakukan program imunisasi. Sistem distibusi vaksin juga akan mengikuti pola imunisasi yang telah dilakukan selama ini. Demikian juga dengan kebutuhan peralatan dan perlengkapan seperti tempat penyimpanan dengan suhu rendah yang selama ini sudah tersedia di setiap provinsi. “Kalau nanti perlu ada penambahan fasilitas, itu akan dilakukan di 2021,” terangnya.
Saat ini berbagai kandidat vaksin masih dalam tahap pengujian sehingga belum ada yang mendapatkan persetujuan untuk digunakan secara luas. Dosen senior FK KMKM UGM Hari Kusnanto menjelaskan, selain menyiapkan vaksin dan distribusinya agar aman dan tepat sasaran, kebijakan untuk mendorong perilaku yang bisa mengurangi penularan virus perlu terus dilakukan. “Harus tetap disiplin untuk memakai masker, cuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan sebagainya. Itu yang perlu lebih ditonjolkan, baru kemudian vaksin,” tutupnya.
Serial Zoom Seminar Surge Capacity merupakan rangkaian seminar online yang diadakan oleh PKMK UGM dan didukung oleh Knowledge Sector Initiative (KSI). Serial seminar ini mengurai permasalahan kapasitas lonjakan (surge capacity) rumah sakit dan wilayah dalam menghadapi Covid-19.