Sebanyak 22 jurnalis telah mengikuti program hibah liputan bertema “Mendorong Ekosistem Riset, Mendorong Kebijakan Berbasis Bukti” yang merupakan kerjasama antara Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan Knowledge Sector Initiative (KSI). Program ini membekali dan memfasilitasi jurnalis untuk melakukan liputan bertema ekosistem riset di Indonesia sebagai salah satu upaya untuk menyuarakan pentingnya dasar bukti dalam penyusunan kebijakan di Indonesia.
Di dalam mewujudkan ekosistem riset yang ideal, aktor-aktor utama berperan untuk berkolaborasi secara efektif dalam mewujudkan visi bersama. Aktor utama tersebut terdiri dari produsen, pengguna, pemungkin (enabler), dan perantara (intermediary) pengetahuan. Dalam ekosistem ini, media merupakan knowledge intermediaries atau perantara pengetahuan yang berperan untuk menjembatani dan mengadvokasi pentingnya pengetahuan.
Program hibah liputan memulai proses rekrutmen pada dari akhir Mei 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman jurnalis tentang peran mereka sebagai salah satu aktor perantara pengetahuan dalam membangun ekosistem riset.
Pada Agustus 2020, terpilih 22 proposal liputan dari 40 proposal liputan yang masuk untuk mengikuti program hibah liputan yang datang tidak hanya dari wilayah barat tetapi juga timur Indonesia seperti Kupang, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Jurnalis terpilih mendapatkan pembekalan selama 12 kali pertemuan oleh para akademisi, peneliti, perwakilan K/L dan juga jurnalis senior AJI untuk memperkaya informasi serta mempertajam angle liputan. Pada November 2020, para peserta program hibah sudah menyelesaikan proses liputan dan telah diunggah di media masing-masing.
Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas dan kompetensi wartawan dalam pemanfaatan data dalam liputannya. “Penyajian data dalam berita akan memberi nilai bobot lebih terhadap karya jurnalistik yang dihasilkan jurnalis,” kata Manan.
Ia juga menambahkan, salah satu tujuan penting kompetisi adalah mendorong pemerintah membuat kebijakan berbasis riset. Karena iklim riset di Indonesia belum menggembirakan, dalam memotivasi peneliti melakukan riset dan inovasi.
“Jadi perlu ada inisiatif bersama yang dilakukan semua pihak, untuk mendorong supaya iklim penelitian di Indonesia semakin baik,” ujarnya.
Untuk menutup rangkaian program hibah liputan, diselenggarakan diskusi publik daring bertajuk “Mewujudkan Ekosistem Riset, Dimanakah Peran Media/Jurnalis?” pada 1 Desember 2020 dimana empat orang jurnalis terpilih mengulas pengalaman dalam penyusunan berita, tantangan yang dihadapi serta informasi baru yang penting untuk diketahui oleh publik serta pemangku kepentingan.
Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia Allaster Cox yang turut hadir dan memberikan sambutan pembuka pada Diskusi Publik ini mengatakan, “Kami senang mendengar KSI telah berkolaborasi secara efektif dengan AJI dalam program fellowship untuk membekali dan memfasilitasi jurnalis untuk membuat liputan tentang ekosistem penelitian di Indonesia dan mempromosikan kebijakan berbasis bukti. selamat kepada KSI dan AJI yang telah berhasil menyelenggarakan fellowship yang melibatkan 22 jurnalis yang berasal dari berbagai media dan propinsi.”
Selanjutnya, sehubungan respon terhadap COVID-19, Allaster menegaskan bahwa: “Australia’s Indonesia COVID-19 Development Response Plan - yang dibuat melalui kemitraan dengan Indonesia dan baru saja diluncurkan - adalah cetak biru untuk mengatasi dampak kemanusiaan, ekonomi dan sosial COVID-19. Kemitraan kami bertujuan untuk mendukung Indonesia dalam mengoptimalkan efektifitas upaya penanganan COVID-19 secara nasional. Kami juga berkomitmen untuk bekerjasama pada isu/bidang yang memberikan dampak yang besar dalam membangun kawasan kita. Pemerintah Australia telah berkomitmen untuk mengalokasikan A$ 500 juta selama 3 tahun untuk sebuah inisitiaf baru yaitu vaksin Indo-Pasifik.”
Mendukung media sebagai perantara pengetahuan perlu untuk dilanjutkan. Media dan jurnalis amat berperan dalam menyuarakan informasi bernas sebagai salah satu landasan bukti bagi para pemangku kepentingan kebijakan. Kebijakan yang didasari dari pemanfaatan pengetahuan yang telah diproduksi oleh para ahli dan peneliti.