Pandemi virus corona atau covid-19 berdampak pada banyak sektor, mulai dari kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat. Pakar sosial dan kependudukan sekaligus pendiri dan Direktur Eksekutif SEA Junction Rosalia Sciortino mengatakan perlu pendekatan solusi yang tak hanya multidisipliner, melainkan juga transdisipliner untuk mengatasi dampak covid-19.
“Perlu mengintegrasikan ilmu-ilmu dan institusi. Selama ini, solusi lebih pada kesehatan dan ekonomi, sementara dampak sosial jarang diperhatikan,” kata Rosalia saat menyampaikan materi secara online di diskusi Research, Innovation and Development atau KSI4RID (sebelumnya dikenal dengan Research Innovation Discussion) yang digelar oleh Knowledge Sector Initiative dengan tema ‘Pendanaan Riset Inovasi Diaspora Indonesia di Bidang Sosial Ekonomi dalam Penanganan Pandemi Covid-19’, Rabu, 6 Mei 2020,
Rosalia menuturkan solusi yang bersifat interdisipliner dalam mengatasi wabah covid-19 membutuhkan kajian yang sesuai kondisi yang sebenarnya. Karena itulah, kolaborasi antarpeneliti dengan displin ilmu yang berbeda sangat penting dilakukan dan mencegah penelitian menjadi bias.
Menjawab kebutuhan tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi bersama-sama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI) memberikan perhatian khusus untuk penanganan dampak Covid-19 saat meluncurkan skema pendanaan ‘Program Skema Kolaborasi Riset-Inovasi Diaspora Indonesia 2020’ atau Rispro International Collaboration Inovation Diaspora (RISPRO KI) 2020.
Direktur Eksekutif DIPI Teguh Rahardjo mengatakan program RISPRO KI ini merupakan program yang mendorong kerja sama para peneliti nasional dengan diaspora Indonesia yang berada di berbagai perguruan tinggi atau lembaga riset negara lain. Proposal penelitian yang terpilih akan mendapatkan hibah yang diberikan secara multiyears (3 tahun) dengan anggaran Rp 2 miliar per tahun.
Pengusul proposal RISPRO KI diketuai oleh peneliti Indonesia yang berafiliasi dengan lembaga riset dalam negeri dan minimal bergelar doktoral. Pengusul mesti memiliki mitra riset nasional dan mitra diaspora yang dapat dibuktikan dengan perjanjian tertulis atau bentuk lain.
“Peneliti diaspora dapat membantu dalam bentuk kerja sama penelitian, berkolaborasi dengan lembaga riset dalam negeri, knowledge sharing, pertukaran hasil penelitian, dan lain sebagainya,” ujar Teguh
Agar terpilih mendapatkan pendanaan, Teguh menyarankan proposal yang diajukan bersifat interdisiplin serta menggabungkan peneliti senior dan junior sehingga terbentuk tim yang kuat. Proposal yang masuk adalah penelitian yang sedang berlangsung bukan yang masih rencana. Penyerahan proposal ditunggu sampai tanggal 25 Juni 2020, pukul 17.00 WIB.
Peneliti dari Solution Research Laboratory, Tokyo Institute of Technology, sekaligus Ketua Umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) Muhammad Aziz menyambut positif adanya peluang kerja sama dalam penelitian lewat RISPRO KI 2020. Ia mengatakan diaspora menjadi potensi yang bisa dikembangkan untuk teknologi dan transfer pengetahuan ke Indonesia.
“Kami membuka peluang kolaborasi tak hanya yang berkaitan dengan dampak covid-19 tetapi juga keilmuan lain,” kata Aziz yang saat ini mengajar di The University of Tokyo.
Selain Ketua I-4 Muhammad Aziz, terdapat sembilan peneliti diaspora yang menyampaikan presentasi di diskusi daring. Kesembilan orang ini menawarkan kerja sama penelitian berkaitan dengan penanganan dampak covid-19. Misalnya Elvia R Shauki dari University of South Australia yang membahas mengenai pengawalan dana desa untuk bantuan langsung tunai dalam mengatasi dampak covid-19.
Diskusi daring ini juga menghadirkan 7 peserta pengajuan RISPOL KI yang merupakan peneliti dari berbagai universitas atau lembaga riset di Indonesia dan 8 peserta dari peneliti diaspora Indonesia. Mereka menyampaikan presentasi singkat seputar penelitiannya dan membuka peluang bagi kolaborasi penelitian.
Direktur Eksekutif DIPI memberikan masukan kepada para 15 peserta agar manfaat penelitian RISPOL KI tak hanya bersifat output tetapi sampai outcome berupa program kebijakan yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan. Karena itulah, beliau menegaskan pentingnya kerja sama dengan pengambil kebijakan sebelum membuat proposal. Hal ini untuk menghasilkan kebijakan publik yang berdasar riset dan dapat menyasar akar permasalahan.
“Perencanaan riset perlu melibatkan stakeholder seperti institusi pemerintah untuk melihat kebutuhan rekomendasi kebijakan yang akan dikeluarkan,” kata Teguh.
Dengan kata lain, RISPO KI mendorong pembuatan kebijakan covid-19 berdasarkan riset dan transfer pengetahuan sesama peneliti di tanah air dan diaspora Indonesia.
KSI4RID #1 telah mengidentifikasi beberapa ide riset yang ingin diperkaya dan dipertajam. Salah satu ide utama adalah pentingnya riset sosio-ekologis terintegrasi terkait Covid-19. Harapannya dari diskusi ini semakin meningkatnya kerjasama antar peneliti Indonesia dan peneliti diaspora Indonesia yang dapat mengakses pendanaan RISPRO KI. Lanjutan dari diskusi ini akan dilaksanakan pada KSI4RID kedua pada tanggal 20 Mei 2020.
Research, Innovation and Development (KSI4RID)
RID merupakan kegiatan diskusi yang bertujuan untuk mempromosikan interaksi dan komunikasi yang efektif, serta meningkatkan itensitas kolaborasi proses riset yang ditunjukan untuk pembuatan kebijakan di Indonesia. Kegiatan ini merupakankan forum pertama yang diselenggarakan oleh Knowledge Sector Initiative (KSI).
Diskusi daring ini yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang peserta ini bekerja sama dengan DIPI, SEA Junction, dan I-4. Harapannya dapat mendorong hasil penelitian yang berkualitas melalui kolaborasi penelitian dan transfer pengetahuan. Hasilnya diharapkan mampu menjadi kebijakan terkait dampak covid-19 yang berdasarkan data dan riset berkualitas**