Pernikahan Dini Menghambat Kesuksesan Wanita Menjadi Pemimpin

Demikian dikatakan Siti Maimunah, peneliti senior Sajogyo Institute di sela Diskusi KSI Knowledge Sharing : Perspektif Gender dan Inklusi Sosial dalam Riset untuk Pembangunan, di Jakarta belum lama ini.

Pernikahan Dini Menghambat Kesuksesan Wanita Menjadi Pemimpin

WANITA selalu identik dengan mengurus keluarga, suami dan anak. Meski ada wanita yang menjadi seorang pemimpin namun jumlahnya sedikit. Hanya segelintir saja yang mampu menduduki jabatan pemimpin. Itu pun juga yang memiliki latar belakang keluarga pemimpin.

Demikian dikatakan Siti Maimunah, peneliti senior Sajogyo Institute di sela Diskusi KSI Knowledge Sharing : Perspektif Gender dan Inklusi Sosial dalam Riset untuk Pembangunan, di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, banyak pengaruh di kampung-kampung karena budaya yang menghambat wanita untuk menjadi seorang pemimpin. Terlebih jika mereka melakukan pernikahan dini. Ini merupakan hal yang menghambat mereka menjadi pemimpin.

“Misalnya, jika perempuan hamil duluan. Ada juga ini terjadi pada masyarakat miskin. Perempuan menjadi jawaban untuk mengurangi beban dalam keluarga sehingga mereka menikah dini,” ungkap Siti Maimunah.

Dengan adanya hal ini waktu untuk berproses belajar menjadi pemimpin sudah tidak ada lagi. Karena, ia semakin sibuk mengurus anak dan suami. “Ini menjadi tantangan besar untuk wanita. Dan, mengubah pikiran agar mereka mau lebih maju lagi,” terangnya.

Perlu diketahui, KSI atau Knowledge Sector Initiative (KSI), sebuah program kerjasama antara pemerintah RI dan pemerintah federal Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia dalam bidang riset dan penelitian yang nantinya mampu memengaruhi kebijakan publik.

(vin)

source: https://lifestyle.okezone.com/

WANITA selalu identik dengan mengurus keluarga, suami dan anak. Meski ada wanita yang menjadi seorang pemimpin namun jumlahnya sedikit. Hanya segelintir saja yang mampu menduduki jabatan pemimpin. Itu pun juga yang memiliki latar belakang keluarga pemimpin.

Demikian dikatakan Siti Maimunah, peneliti senior Sajogyo Institute di sela Diskusi KSI Knowledge Sharing : Perspektif Gender dan Inklusi Sosial dalam Riset untuk Pembangunan, di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, banyak pengaruh di kampung-kampung karena budaya yang menghambat wanita untuk menjadi seorang pemimpin. Terlebih jika mereka melakukan pernikahan dini. Ini merupakan hal yang menghambat mereka menjadi pemimpin.

“Misalnya, jika perempuan hamil duluan. Ada juga ini terjadi pada masyarakat miskin. Perempuan menjadi jawaban untuk mengurangi beban dalam keluarga sehingga mereka menikah dini,” ungkap Siti Maimunah.

Dengan adanya hal ini waktu untuk berproses belajar menjadi pemimpin sudah tidak ada lagi. Karena, ia semakin sibuk mengurus anak dan suami. “Ini menjadi tantangan besar untuk wanita. Dan, mengubah pikiran agar mereka mau lebih maju lagi,” terangnya.

Perlu diketahui, KSI atau Knowledge Sector Initiative (KSI), sebuah program kerjasama antara pemerintah RI dan pemerintah federal Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia dalam bidang riset dan penelitian yang nantinya mampu memengaruhi kebijakan publik.

(vin)

source: https://lifestyle.okezone.com/

 

  • Bagikan: