Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bekerjasama dengan Kemenristek-Dikti (Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi), dan Universitas Gadjah Mada mengadakan pertemuan awal mengenai kebijakan nasional tentang S&T dan pendidikan tinggi. Pertemuan mempertemukan para pembuat kebijakan dan ilmuwan untuk membahas sejumlah isu, yaitu arsitektur pendidikan tinggi, Universitas Riset (sebagai lawan teaching university), pengetahuan budaya dan program multi / inter- / trans-disiplin / penelitian, pembangunan karakter dan inovasi. Pertemuan dibuka secara bersama oleh Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, Rektor UGM, Prof. Sangkot Marzuki dan Prof. Dr. Sofian Effendi dari AIPI. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat Kemenristek-Dikti mulai dari Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal dan Direktur yang mengikuti jalannya diskusi dengan penuh perhatian.
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) meminta Kemenristek-Dikti untuk membuat sebuah desain besar pada akhir tahun. Kementerian meminta saran AIPI untuk desain besar tersebut. Kementerian juga berencana mendapatkan saran lain dari Dewan Riset Nasional (DRN) dan Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) serta agar produk pengetahuan yang ada untuk dikaji dan digunakan oleh sejumlah kelompok kerja dari Kemenko PMK dan Kemenristek-Dikti.
Pertemuan dua hari itu merupakan pertemuan awal dari pertemuan yang lebih besar atau seminar yang rencananya akan diselenggarakan pada akhir tahun ini. AIPI berencana untuk menyusun sebuah White Paper (Buku Putih) tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan tinggi sebagai masukan dan pengetahuan untuk sebuah Desain Besar mengenai ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan tinggi yang akan dirumuskan oleh Kemenristek-Dikti.
Pada akhir pertemuan Prof. Sangkot Marzuki (AIPI) dan Dr. Muhammad Dimyati (Direktur Jenderal di Kemenristek-Dikti) menyampaikan sebuah ringkasan dari pertemuan dua hari tersebut sebagai berikut:
- Kebijakan mengenai S & T dan pendidikan tinggi adalah sebuah dokumen hidup yang dievaluasi dan diperbaiki secara berkala.
- Kebutuhan untuk melakukan penilaian yang luas di negara-negara Asia lainnya tentang keberhasilan dan kegagalan dari kebijakan serta pelaksanaannya untuk mengatasi tidak nyambungnya antara universitas dan pusat-pusat penelitian, dan untuk meninjau kembali (atau meninjau) peraturan-peraturan untuk memposisikan universitas dan pusat-pusat penelitian untuk memastikan adanya sinergi positif untuk kemajuan pendidikan tinggi dan penelitian.
- Pendidikan tinggi sebagai institusi yang kompleks membutuhkan ruang yang fleksibel, kemandirian untuk menjalankan fungsinya yaitu "tri darma perguruan tinggi" sehingga setiap universitas dapat mencapai misi dan visi mereka sesuai peraturan.
- Kebutuhan untuk melakukan persiapan yang menyeluruh dan hati-hati untuk memasuki abad Asia agar Indonesia menjadi pemimpin dan bukan pengikut.
- Kebutuhan untuk mengembangkan dan menerapkan konsep pengetahuan budaya yang mencakup kemampuan untuk menulis, berpikir kritis dan komunikasi konseptual.
- Untuk menghasilkan inovasi yang mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh bangsa, universitas harus memiliki dan menghasilkan spesialis dan generalis yang dapat bekerjasama.
- Kebutuhan untuk memperkuat kepemimpinan ilmiah yang mampu mengujudkan dan mengelola Universitas Riset yang menghasilkan inovasi dan kaum terpelajar untuk mendapatkan massa kritis yang didukung oleh peneliti yang berkualitas dan ilmuwan dalam jumlah yang cukup dalam bidang khusus yang berbeda, independen dari lingkungan birokrasi.
- Pemerintah secara bertahap telah mendorong universitas yang otonom dan pembiayaan di luar APBN. Namun, dengan pendanaan yang ada universitas masih belum kompetitif.
- Untuk menghindari brain drain (larinya para sarjana ke luar negeri), negara perlu melakukan investasi yang lebih banyak dalam memberikan insentif pada sektor swasta dan masyarakat untuk mendukung pengembangan pendidikan tinggi.
- Kebutuhan untuk saling kritik di kalangan disiplin ilmu, yang pada kenyataannya dapat menyebabkan lahirnya ilmu baru.
- Kebutuhan untuk dialog antara ulama dan ilmuwan untuk memperkuat pendekatan antar-disiplin dan interkoneksi antara ilmu pengetahuan dan agama.
Dalam sambutan penutupnya Prof. Sangkot Marzuki mengatakan, "Dua hari terakhir adalah hari yang luar biasa. Kita terlibat dalam suatu dialog terbuka antara ilmuwan dengan pembuat kebijakan dari Kementerian S&T dan Perguruan Tinggi. Ini adalah awal yang menjanjikan dan pekerjaan ke depan adalah pekerjaan besar. Kita perlu mengubah budaya untuk membuat perubahan yang lebih besar. Ada beberapa titik terang. Jika ini ditangani bersama-sama seperti ini, saya yakin bahwa ini akan bermanfaat untuk pembangunan bangsa dan negara kita. "