Berbagi Pengetahuan tentang Kebijakan dan Praktik Manajemen Jurnal

Pada 11 April 2017, KSI memfasilitasi sebuah sesi berbagi pengetahuan selama setengah hari mengenai Manajemen Jurnal: Kebijakan dan Praktik, bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dimana dalam sesi ini, diberikan pengetahuan tentang studi diagnostik tentang jurnal kebijakan. Seminar ini bertujuan untuk memberikan jalan bagi pertukaran pengetahuan dan memperkuat interaksi antara pembuat kebijakan, akademisi, dan peneliti, sebagai tanggapan atas kurangnya temuan riset yang dikomunikasikan dengan baik, agar dapat menginformasikan pembuatan kebijakan di tingkat nasional. Lebih dari 50 peserta terlibat dalam diskusi tentang bagaimana meningkatkan publikasi yang berkualitas dan mengelola jurnal sebagai sumber informasi yang kuat dan media strategis untuk mengkomunikasikan baik studi teori dan praktik demi pembuatan kebijakan yang lebih baik di Indonesia.

Berbagi Pengetahuan tentang Kebijakan dan Praktik Manajemen Jurnal

oleh Whisnu Yonar 

Pada 11 April 2017, KSI memfasilitasi sebuah sesi berbagi pengetahuan selama setengah hari mengenai Manajemen Jurnal: Kebijakan dan Praktik, bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dimana dalam sesi ini, diberikan pengetahuan tentang studi diagnostik tentang jurnal kebijakan. Seminar ini bertujuan untuk memberikan jalan bagi pertukaran pengetahuan dan memperkuat interaksi antara pembuat kebijakan, akademisi, dan peneliti, sebagai tanggapan atas kurangnya temuan riset yang dikomunikasikan dengan baik, agar dapat menginformasikan pembuatan kebijakan di tingkat nasional. Lebih dari 50 peserta terlibat dalam diskusi tentang bagaimana meningkatkan publikasi yang berkualitas dan mengelola jurnal sebagai sumber informasi yang kuat dan media strategis untuk mengkomunikasikan baik studi teori dan praktik demi pembuatan kebijakan yang lebih baik di Indonesia. 

Sesi pertama adalah presentasi oleh Fajri Siregar (Universitas Indonesia) tentang temuan Studi Diagnostik Jurnal Kebijakan yang didukung oleh KSI. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi jurnal kebijakan yang memiliki pengaruh terhadap proses pembuatan kebijakan dan menjadi acuan pembuat kebijakan dalam merumuskan kebijakan. Temuan yang dihasilkan menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan jarang menggunakan publikasi ilmiah sebagai acuan dalam mengembangkan kebijakan publik. Salah satu alasannya adalah relatif tidak adanya jurnal multi-disiplin yang menjembatani komunikasi pengetahuan yang berkualitas dan bukti untuk isu-isu kebijakan yang kompleks. Mayoritas pembuat kebijakan lebih menggunakan surat kabar dan buku sebagai sumber informasi mereka.

Bagian kedua dari seminar tersebut adalah presentasi dari tiga jurnal kebijakan yang paling ternama, yang telah berhasil mengatasi sebagian dari tantangan tersebut. Jurnal Perempuan memaparkan pengalamannya dalam mengelola jurnal dari nol. Jurnal Perempuan mulai hadir di tahun 1996 sebagai jurnal feminis pertama di Indonesia. Mengangkat isu pemberdayaan dan hak-hak perempuan, pendistribusiannya dimulai dari kampus-kampus, di antara aktivis mahasiswa. Pada 2012, manajemennya mengubah strategi agar menjadi lebih profesional dengan menerapkan proses penilaian sejawat dan penyuntingan profesional. Jurnal Perempuan kemudian memperoleh akreditasi dari LIPI di tahun 2016. Kini, Jurnal Perempuan bukan hanya media berbasis akademis, tapi juga merupakan ruang bagi pendidikan dan kampanye publik mengenai isu-isu terkait perempuan. 

Jurnal berikutnya yang membawakan presentasi adalah Jurnal Studia Islamika, yang baru saja mendapatkan penghargaan Jurnal Terbaik dari Kemenristekdikti, dan merupakan satu dari sangat sedikit jurnal ilmu sosial di Indonesia yang memiliki akreditasi internasional. Studia Islamika dimulai dari jejaring aktivis-akademisi yang sangat dekat di tahun 1990 di Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN Jakarta). Dari awal, mereka menerapkan proses seleksi yang resmi dan ketat untuk artikel-artikel yang diterbikan dalam jurnal tersebut. Sejak 2013, jurnal ini mengadopsi Sistem Jurnal Terbuka dan kini dapat diakses secara daring. 

Meski memperoleh akreditasi dari Kemenristekdikti merupakan sebuah tantangan, Prisma adalah salah satu jurnal pembangunan sosial tertua di Indonesia. Prisma menjadi referensi bukan hanya bagi aktivis, praktisi, dan akademisi, tapi juga para pembuat kebijakan reformis selama era otoriter. Dengan jatuhnya Orde Baru yang otoriter pada 1998, alasan berdirinya Prisma sudah tidak ada, dan jurnal tersebut memasuki periode ‘koma’ hingga 2009. Belajar dari pengalaman masa lalu dan agar dapat bertahan di masa depan, strategi organisasi Prisma harus berevolusi dan menjadi lebih tanggap terhadap kebutuhan dan tren terkini. Baru-baru ini, organisasi ini memposisikan kembali sebagai  Prisma Resource Centre yang independen, yang fokus pada pembelajaran, pendidikan, dan publikasi.

Dengan adanya media sosial dan akses daring, manajemen jurnal menjadi lebih menantang dari sebelumnya, karena hanya ada sedikit yang mampu bertahan secara independen. Dukungan finansial selalu dibutuhkan dari unit bisnis lain dalam organisasi mereka. Tapi, jurnal juga menjadi lebih krusial dari sebelumnya untuk mengkomunikasikan riset dan studi demi pembuatan kebijakan yang lebih baik. 

  • Share: