Strategi Komunikasi Riset Puskapol: Bergerak dari Menyasar Negara ke Ranah Publik

Ketika meluncurkan aplikasi datapolitik.org, tak pernah terpikirkan Puskapol akan menghasilkan produk akademik dalam bentuk aplikasi. Data tidak ditampilkan di dalam makalah tapi dalam bentuk tabel, grafik dan peta spasial yang bisa diakses lewat smartphone. Perubahan ini terasa drastis karena sebelumnya Puskapol hanya mengemas produk riset dalam bentuk makalah dan siaran pers.

Ketika meluncurkan aplikasi datapolitik.org, tak pernah terpikirkan Puskapol akan menghasilkan produk akademik dalam bentuk aplikasi. Data tidak ditampilkan di dalam makalah tapi dalam bentuk tabel, grafik dan peta spasial yang bisa diakses lewat smartphone. Perubahan ini terasa drastis karena sebelumnya Puskapol hanya mengemas produk riset dalam bentuk makalah dan siaran pers.

Peluncuran datapolitik.org bisa dikatakan merupakan puncak inovasi Puskapol ketika menghadirkan kerja-kerja riset. Puskapol juga pernah mencoba menghadirkan kerja-kerja riset dalam bentuk lembar fakta yang dikemas secara populer dan video animasi. Perubahan strategi komunikasi untuk menyajikan produk riset merupakan hal yang tidak terhindarkan. Karena perkembangan teknologi selalu menghadirkan kebutuhan baru. Strategi komunikasi penyampaian hasil riset juga perlu diubah agar masyarakat awam bisa dengan mudah mengakses produk riset Puskapol dan bisa mendapat pesan yang disampaikan.

Berubah Paradigma Berubah Strategi Komunikasi

Berbagai inovasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bisa hadir karena Puskapol menggeser sudut pandang (paradigma) kerja-kerja risetnya. Sebelumnya Puskapol menyasar negara sebagai target perubahan. Riset-riset dihasilkan untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dibuat otoritas negara seperti pemerintah, birokrasi, parlemen, dan juga partai politik. Riset-riset itu digunakan untuk mendorong terjadinya perubahan kebijakan untuk tata kelola politik yang demokratis. Tidak heran jika produk riset dihadirkan dalam kemasan konvensional seperti makalah dan siaran pers.

Proses pergeseran paradigma terjadi sejak 2012. Pada saat itu Puskapol memutuskan melakukan refleksi terhadap kerja-kerja riset dan menyusun rencana strategis (Renstra) untuk menetapkan langkah ke depan. Selama proses refleksi terungkap beberapa hal. Pertama, kerja advokasi mengubah tata kelola politik dengan menyasar negara merupakan kerja yang panjang dan melelahkan. Proses pembuatan kebijakan melalui proses politik yang panjang dan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah dan parlemen.

Kedua, upaya mengubah tata kelola politik yang adil dan setara tidak bisa berhasil jika masyarakat sipil belum tercerahkan. Regulasi yang baik akan menjadi hampa jika masyarakat belum siap untuk memakainya. Untuk itu, pendidikan politik berkualitas bagi masyarakat merupakan hal esensial untuk menambah wawasan tentang demokrasi. Ketika wawasan masyarakat sudah tercerahkan, mereka akan siap untuk mengisi dan menghidupkan demokrasi lewat beragam partisipasi politik. Upaya ini terasa lebih mendesak untuk dilakukan karena lembaga riset perguruan tinggi masih jarang yang bergerak di ranah masyarakat. Umumnya mereka banyak bergerak di tataran elite untuk mengadvokasi perubahan kebijakan publik.

Pergeseran paradigma dari menyasar negara menjadi menyasar publik menghadirkan tantangan baru. Bagaimana cara menyampaikan hasil riset? Masyarakat berbeda dengan pemerintah. Mereka tidak harus merumuskan kebijakan untuk mengelola negara. Berpolitik telah menjadi kegiatan yang asing bagi mereka.Pengalaman pada masa Orde Baru, masyarakat ditarik menjauh dari politik. Politik hanya ada pada saat hari pemungutan suara. Di luar itu mereka hanya menjadi penonton para politisi dan pejabat mengurus negara.Demikian juga mengenai wawasan tentang politik, begitu beragam. Diperlukan pendekatan baru untuk menghadirkan kerja-kerja riset Puskapol, agar masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan mencerna pesan-pesan yang disampaikan sehingga kesadaran politik mereka bisa terbangun.

Untuk menghadapi tantangan baru tersebut, Puskapol melakukan pembenahan struktur organisasi. Jika dulu produksi riset dan publikasi ditangani dalam satu divisi, kini dipecah dalam dua divisi yang berbeda. Produksi riset dilakukan di Divisi Penelitian dan Pusat Data sedangkan publikasi ditangani oleh Divisi Publikasi dan Pengembangan Jaringan. Pembagian kerja ini merupakan tanda bahwa Puskapol mulai serius dalam hal pengemasan produk-produk riset yang akan dipublikasikan. Divisi Publikasi dan Pengembangan jaringan mulai membuat strategi pengemasan dan pemasaran produk riset.

Staf peneliti yang bertugas di Divisi Publikasi dan Pengembangan Jaringan diberi prioritas untuk mengikuti pelatihan komunikasi dan penulisan populer. Berbagai pelatihan seperti Seri Lokakarya Komunikasi yang diselenggarakan oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) menambah wawasan staf peneliti Puskapol bagaimana cara mengemas hasil riset dalam format populer.

Dari proses belajar kami menyadari ada dua hal yang perlu dilakukan untuk membuat riset Puskapol mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Pertama, hasil riset perlu dikemas dalam format populer denganpengemasan visual yang menarik dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami kalangan awam. Format makalah dan siaran pers dirasa tidak cukup untuk menggugah kalangan awam dan hanya cocok untuk forum akademik dan kalangan jurnalis.

Kedua, penggunaan media sosial perlu dimaksimalkan agar publikasi bisa berjalan maksimal. Penggunaanwebsite untuk publikasi hasil riset dirasa tidak cukup karena media sosial semakin populer. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat ada 63 juta pengguna internet di Indonesia dimana 95 persen penggunaan internet digunakan untuk mengakses media sosial (kominfo.go.id). Media sosial telah muncul menjadi media baru tempat masyarakat mencari informasi.

Media sosial hadir dalam beragam aplikasi dengan karakter khas. Facebook memungkinkan pengguna membagikan informasi dalam narasi panjang, gambar dan video. Twitter lebih optimal untuk menyampaikan narasi pendek dan gambar dengan jangkauan lebih luas. Youtube memiliki keunggulan untuk menyajikan informasi dalam bentuk video. Kekhasan karakter masing-masing media sosial membuat produk yang disajikan harus disesuaikan dengan karakter-karakter tersebut.  Jika ingin mempublikasikan hasil riset di media sosial, hasil-hasil riset Puskapol harus dikemas menjadi berbagai bentuk yang tepat sesuai karaktermedia-media sosial.

Dari situlah inovasi mulai dilakukan dan beragam jenis produk dihasilkan. Lembar fakta menjadi inovasi pertama kemasan baru produk riset Puskapol. Berbeda dengan siaran pers, lembar fakta dilengkapi dengan visualisasi data dan ilustrasi untuk memudahkan kalangan awam menangkap pesan yang ingin disampaikan. Dengan lembar fakta, makalah penelitian yang tebal bisa disajikan secara ringkas dengan kemasan menarik.Format itu cocok untuk disajikan di Facebook dan Twitter. Sejak saat itu, lembar fakta selalu dihadirkan setiap peluncuran hasil riset.

Selain lembar fakta, tim peneliti Puskapol merasa perlu membuat produk dalam bentuk video. Produk audiovisual bisa digunakan untuk beragam kegiatan seperti kampanye gagasan dan untuk materi pelatihan. Pembuatan video bukan tanpa kendala. Puskapol minim pengalaman membuat video. Untuk itu, Puskapol menggandeng kelompok seniman visual Ruang Rupa. Kolaborasi ini melahirkan video “Rakyat Berdaya”yang menjadi materi pendukung kampanye pilkada langsung. Video itu digunakan untuk melawan wacana pilkada tidak langsung melalui DPRD yang dikeluarkan DPR.

Membangun Media Baru

Tantangan terbesar dalam perubahan strategi komunikasi Puskapol adalah saat mencoba membangun produk akademik dalam bentuk aplikasi, yaitu datapolitik.org. Ide ini bermula dari kebutuhan masyarakat akan portal data ilmu sosial dengan kemasan visual variatif. Karena tiap tampilan tidak hanya menghasilkan citra visual berbeda tapi juga penafsiran yang berbeda juga. Saat data disajikan dalam bentuk tabel, orang tidak bisa melihat tingkat perbedaan data sejelas saat data disajikan dalam bentuk grafik. Namun saat data disajikan dalam bentuk grafik, orang tidak bisa melihat gradasi persebaran data sejelas saat data disajikan dalam bentuk peta spasial.

Dari ide itulah Puskapol mencoba membangun produk akademik yang bisa menyajikan data dalam tiga bentuk visual: tabel, grafik, dan peta spasial. Pada mulanya Puskapol hanya ingin menghadirkannya dalam media website. Namun perkembangan pengguna smartphone yang pesat menyadarkan kami pentingnya membuat produk tidak hanya dalam bentuk website tapi juga dalam bentuk aplikasi. Inilah titik awal langkah Puskapol membangun media baru, portal datapolitik dalam bentuk website dan aplikasi. Program pembangunan datapolitik ini didukung oleh KSI.

Upaya membangun portal data tidaklah mudah. Puskapol minim pengalaman dalam membangun website. Selama ini website lembaga bersandar pada server yang disediakan universitas. Kami belum pernah membangun website dengan infrastrukturnya sendiri. Keputusan untuk mendirikan portal data yang berdiri pada server mandiri dilakukan karena server universitas hanya menyediakan jatah kuota data yang sedikit. Tentu tidak cukup untuk menampung data dalam jumlah besar.

Proses membangun media baru menjadi proses belajar yang panjang dan berliku bagi kami. Dari situ tim Puskapol belajar membangun portal data, infrastrukturnya, perijinannya dan hal teknis lainnya. Tantangan demi tantangan bermunculan.

Kendala terbesar adalah menjaga server agar website dan aplikasi bisa terus beroperasi 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Kami belum mampu mempekerjakan seseorang untuk menjaga server agar terus bekerja. Selain itu pasokan listrik juga tidak selalu tersedia. Server tersebut kami letakkan di kantor kami di Universitas Indonesia (UI). Terkadang pada akhir pekan, pengelola UI suka mematikan aliran listrik. Hal itu tentu saja mengganggu operasional datapolitik. Datapolitik tidak bisa diakses jika listrik padam. Kondisi diperparah jika listrik padam pada akhir pekan saat kami tidak ada di kantor. Datapolitik baru bisa diakses kembali pada hari senin.

Selain kendala infrastruktur, tantangan lain dalam mengelola datapolitik adalah kendala saat membuat isi. Selama ini Puskapol banyak melakukan riset dalam bidang pemilu dan politik lokal. Data tentang pemilu tersedia cukup lengkap dalam arsip Puskapol. Namun kami ingin menyediakan data lain seperti Upah Minimum Regional (UMR), angka kematian ibu, dan data sosial lainnya untuk melengkapi koleksi datapolitik. Seringkali data-data tersebut tidak kami miliki secara lengkap. Ada data yang tidak kami miliki sehingga untuk beberapa daerah datanya tidak tersedia. Lubang-lubang kekosongan data ini yang terus kami coba lengkapi.

Tantangan Ke Depan

Berbagai inovasi produk yang Puskapol lakukan merupakan buah perubahan paradigma riset, dari menyasar negara menjadi menyasar masyarakat. Keanekaragaman pengetahuan dan karakter masyarakat mendorong kami menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang mendorong perubahan strategi komunikasi Puskapol ketika menghadirkan produk-produk risetnya ke publik. Kreativitas harus muncul ketika Puskapol menghadapi karakter masyarakat yang beragam.

Produk yang semakin beragam membuat pengguna riset Puskapol semakin meluas. Jika dulu hanya kalangan akademisi dan negara yang menjadi pengguna hasil riset Puskapol, kini masyarakat umum dan kalangan aktivis menjadi pengguna hasil riset Puskapol. Kemasan yang lebih populer membuat hasil riset lebih mudah dipahami. Keragaman kemasan riset juga membuat produk riset tidak monoton. Namun kami juga tidak kehilangan pengguna lama yaitu kalangan akademisi dan negara karena produk riset tersebut tetap berasal dari penelitian yang digarap dengan kaidah akademik yang ketat. Sehingga data-data yang dipublikasikan bisa diandalkan.

Tantangan ke depan yang harus dihadapi adalah beradaptasi dengan perkembangan teknologi, dan perubahan kebutuhan serta karakter masyarakat. Puskapol harus tetap bisa menangkap kebutuhan masyarakat akan riset politik agar kemasan riset tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat. Portal datapolitik juga perlu dipertahankan konsistensinya. Data-data harus terus update. Infrastruktur datapolitik juga harus diperbaiki agar website dan aplikasinya bisa diakses terus selama 24 jam tujuh hari seminggu, sehingga masyarakat akan selalu memperoleh pengetahuan baru dari riset-riset yang Puskapol hasilkan.

Fariz Panghegar (PUSKAPOL FISIP UI)

Staf Peneliti, Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia

  • Share: